Banyak yang Berubah, Candi Prambanan Makin Ramai Dikunjungi Wisatawan
TAPOJIE.COM — Candi Prambanan dalam tahap renovasi. Banyak yang berubah, terutama penataan lapangan.
Perubahan di Candi Prambanan tidak berdampak sama sekali. Bahkan, jumlah pengunjung atau wisatawan semakin ramai dikunjungi.
Rabu, (26/06/24) Penulis berkunjung. Penulis ikut bersama rombongan study wawasan Dinas Kominfo-SP Kabupaten Luwu Timur. Kunjungan ke Candi Prambanan ini menjadi salah satu tujuan rombongan.
“Saya terakhir berkunjung ke sini sekitar tahun 2006. Banyak yang berubah. Terutama pada penataan halamannya,” kata Kadis Kominfo Lutim, Hamris Darwis.
Kota Terdekat dari Prambanan adalah Yogyakarta (17 km barat daya) dan Klaten (3 km utara). Tak sulit jika ingin berkunjung ke tempat wisata budaya ini. Cukup menggunakan jasa angkutan bus.
Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang terbesar di Indonesia. Sampai saat ini belum dapat dipastikan kapan candi ini dibangun dan atas perintah siapa, namun kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu.
Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti Syiwagrha yang ditemukan di sekitar Prambanan dan saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti berangka tahun 778 Saka (856 M) ini ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.
“Dari sini (halaman luar candi Prambanan) kita lihat ada perbaikan di Candi. Dan saya kira, pengelolaan tempat wisata ini bisa diadopsi di Kabupaten Luwu Timur,” ungkapnya.
Hamris bilang, peninggalan di Luwu Timur banyak. Daerah sekitar Luwu Timur dan Tenggara punya rekam sejarah. Ada peristiwa Malili ekspayer. Itu dibakar. Buku banyak dibakar.
“Kenapa banyak barang antik di bawah danau Matano. Rupanya rumahnya di bakar. Sekarang tenggelam. Ada perubahan struktur. Dan kelihatan di bawah. Ada bekas terbakar. Tiang. Dan alat dapur. Jadi kayak cerita lekuifaksi di Palu,” terangnya.
Jika hal ini dikelola dengan baik, maka tempat ini akan menjadi primadona dan akan dikejar para wisatawan. Meski dikenakan tarif mahal, hal ini tidak menyurutkan wisatawan untuk berkunjung. Sebab, nilai sejarahnya yang dikejar. (*)