Kepala Bapelitbangda Lutim Paparkan 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting
TAPOJIE.COM — Kepala Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Luwu Timur, Dohri As’ari selaku pimpinan rombongan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) memaparkan Hasil 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Luwu Timur Tahun 2022.
Pemaparan tersebut dilakukan pada kegiatan Penilaian Kinerja Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2023, yang dilaksanakan di MaxOne Hotel Makassar, Rabu (24/05/2023).
Dohri As’ari menyebutkan data Sasaran ialah jumlah keluarga 45.035, jumlah keluarga beresiko stunting 37.405, jumlah Balita 24.530, jumlah Balita sangat pendek 285 dan jumlah balita pendek 538.
Adapun 8 aksi konvergensi tahun 2022 ialah, Aksi 1 : analisi situasi yang dimulai tanggal 24-25 Februari 2022 dimana terdapat 30 desa menjadi lokus prioritas. Aksi 2 : rencana kegiatan yang dimulai tanggal 11 Maret dengan total anggaran Rp. 66.403.630.889 (total anggaran tahun berjalan 2022 Rp. 31.695.375.409 dan total anggaran tahun rencana 2023 Rp. 34.708.255.408.
Selanjutnya Aksi 3 : melaksanakan Rembuk Stunting tingkat Kabupaten Luwu Timur pada 13 Juli 2022. Aksi 4 : membuat regulasi terkait percepatan penurunan stunting dengan membuat Peraturan Bupati Luwu Timur Nomor 56 Tahun 2022.
Kemudian Aksi 5 : melakukan pembinaan Kader Pembangunan Manusia (KPM), Aksi 6 : Sistem Manajemen Data mencakup 2 bagian yakni pemetaan kondisi data cakupan intervensi (esensial) dan pemetaan baseline dan target indikator. Aksi 7 : melakukan pengukuran dan mempublikasikan data stunting. Terakhir Aksi 8 : melakukan review kinerja.
Selain 8 Aksi Konvergensi tadi, Dohri juga memaparkan 3 inovasi dalam percepatan penurunan stunting di Lutim. Inovasi tersebut ialah Bilik Siap Nikah, Pangkilang Candu (Pantau Keliling Ibu Hamil Dengan Cangkir Kehidupan), dan Pos Penting (Posyandu Pencegahan Stunting).
Terkait Bilik Siap Nikah, kegiatan ini dilaksanakan oleh Dinas P2KB. Dimana mekanismenya ialah berbasis desa. “Jadi para penyuluh di KB ini melakukan penyuluhan, dan memberikan pembinaan sebelum calon pengantin melakukan pernikahan,” tutur Dohri.
Pangkilang Candu, metodenya ialah setiap lorong di desa ditugaskan satu bidan untuk memantau ibu hamil. “Jadi jika ada ibu hamil 6 kali pemeriksaannya lengkap, maka akan diberikan kenang-kenangan dalam bentuk cangkir,” imbuhnya.
Sedangkan Pos Penting, ialah dimana salah satu Puskesmas di daerah kami mengundang semua ibu hamil, balita, dan anak remaja putri datang ke puskesmas dengan menghadirkan dokter ahli “Jadi jika pada saat itu ada masalah, maka langsung akan tertangani. Dan para peserta tadinya ini diantar ke Puskesmas dengan menggunakan kendaraan operasional desa,” jelas Dohri As’ari.
Usai memaparkan 8 aksi konvergensi percepatan penurunan stunting, selanjutnya para panelis mengajukan tiga pertanyaan yang saat itu juga langsung dijawab oleh Kepala Bapelitbangda dan Tim TPPS Lutim. (rhj/ikp-humas/kominfo-sp)