Mengenal Keraton Yogyakarta, Pengunjung Diperlakukan Selayaknya Tamu Raja

0

TAPOJIE.COM — Keraton Yogyakarta menjadi destinasi wisata yang tak boleh dilewatkan. Setiap pengunjung yang datang, akan diperlakukan selayaknya tamu raja.

 

Rabu, (26/06/24), rombongan study wawasan Diskominfo-SP Lutim mengunjungi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Rombongan disambut Punakawan Keraton Petugas Pemandu Keraton), Ayu.

 

Ayu begitu antusias. Penjelasannya ramah. Hebat bercanda. Gerbang hingga parung di keraton dijelaskan begitu detail. Tak ada buku catatan. Sudah di luar kepala.

 

Saat memasuki gerbang keraton, Ayu menunjukkan Gasebo. Katanya, besinya masih masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Besinya dari Italia. Kemudian, ada kereta untuk mengangkut pengantin permaisuri. Semuanya masih original.

Di halaman Keraton, terlihat beberapa pria duduk bersila. Mereka mengenakan baju adat Jawa. “Itulah abdi dalem. Kita tidak boleh foto membelakangi abdi dalem. Termasuk foto membelakangi keraton. Tidak sopan,” kata Ayu menyampaikan hal yang tak boleh dilakukan.

 

Ayu kemudian mengarahkan rombongan ke dalam ruangan. Di dalam ruangan, ada pakaian adat pengantin Sri Sultan Hamengku Buwono dan istrinya. Di sini diceritakan prosesi pernikahan yang begitu panjang.

 

Di tempat lain, ada benda-benda pusaka dan kitab. Pengunjung tak diperbolehkan berfoto. Hanya bisa menyaksikan saja. Di ruangan ini, ada petugas yang jaga. Di luar dan di dalam ruangan. Ketat sekali.

 

Keraton Yogyakarta saat ini dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX. Ia satu-satunya raja yang hanya memiliki satu orang istri. Raja yang paling setia.

Selain Ayu, beberapa Pemandu Keraton mendampingi wisatawan luar negeri. Pemandu ini sangat fasih berbahasa asing. Kata Ayu, Andi Dalem menguasai bahas Inggris, Spanyol, Perancis, Jerman, hingga Belanda.

 

Abdi dalem sejatinya, aparatur sipil yang bertugas sebagai pelaksana operasional di setiap organisasi yang dibentuk oleh Sultan. Mereka juga memiliki fungsi sebagai abdi budaya yang memberi suri tauladan bagi masyarakat luas.

 

Abdi dalem dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu Punakawan dan Kaprajan. Punakawan berasal dari kalangan masyarakat umum sedangkan Kaprajan berasal dari TNI, Polri, dan Pegawai Negeri Sipil yang diangkat menjadi abdi dalem.

 

Abdi dalem punakawan lah yang bertugas menjadi tenaga operasional dalam tugas keseharian keraton, salah satunya sebagai pemandu di keraton. Mereka yang menjadi abdi dalem bekerja untuk mendapatkan berkah dalem.

 

Saat itu, rombongan beruntung. Ada pertunjukan wayang. Rombongan sempat menyaksikannya secara langsung kemudian berpamitan.

 

Kadis Kominfo-SP Lutim, Hamris Darwis, mengatakan, Keraton Yogyakarta memang punya daya tarik tinggi. Hal ini dapat menjadi pembelajaran penting. Bagaimana menghadapinya.

 

“Kita orang Luwu juga punya kerajaan. Dan saya kira tidak jauh berbeda. Masing-masing punya kisahnya. Dan inilah yang dikelola dengan baik oleh pemerintah DIY,” ungkapnya.

 

Keraton Yogyakarta memberikan kebebasan kepada pedagang kaki lima untuk berjualan. Tak heran, pengunjung akan disambut pedagang yang sangat ramai. Semuanya pun sangat ramah. Jadi jangan lupa berkunjung ke Keraton Yogyakarta yah. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *