“Mauki Mandi di Sungai Malili Tidak Bisa Mi, Macella Waede”
TAPOJIE.COM — Pendistribusian air bersih ke rumah warga terhenti. Masyarakat mengeluh. Ingin mandi di sungai Malili tetapi airnya juga keruh.
Sungai Malili keruh diduga karena adanya aktivitas pertambangan di area hulu sungai Pongkeru yang menghubungkan sungai Malili. Sehingga, setiap musim hujan, material tanah sisa pertambangan masuk ke sungai.
Minggu (2/4), pukul 14.00 Wita tampak berwarna coklat. Masih sama di hari sebelumnya, Sabtu (1/4). Di saat yang sama, pendistribusian air bersih dari PDAM terhenti. Masyarakat mengeluh karena tidak bisa berbuat banyak.
“Mauki Mandi di Sungai Malili Tidak Bisa Mi, Macella Waede (merah air),” kata Bara saat ditemui, Minggu (2/4).
Dulu ungkap Bara, sungai Malili masih digunakan untuk mandi, mencuci pakaian, dan keperluan lainnya. Sebab, kondisi air sungai selalu jernih. Tak pernah merah seperti saat ini.
“Kita betul-betul kehilangan sungai Malili. Sungai kebanggaan masyarakat Malili. Saya berharap Pemerintah tidak tinggal diam. Karena sungai ini menjadi sumber kehidupan kita. Ini Icon yang harus dijaga,” harapnya.
Hingga saat ini, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Luwu Timur memilih untuk diam. Kepala Dinas LH kompak dengan Kepala Bidangnya diam.
Perusahaan pertambangan yang melakukan aktivitas pertambangan di Area Blok Pongkeru dan Lampia adalah PT Citra Lampia Mandiri. Perusahaan pertambangan inilah yang diduga melakukan pencemaran di sungai Malili.
Direktur Eksternal PT CLM, Ismail Achmad yang ditanyakan soal komitmen dalam menjaga lingkungan juga memilih diam. (*)