Markas Polisi yang Memiliki Tiga Rumah Ibadah di Indonesia Baru Mapolres Luwu Timur
TAPOJIE.COM — Polres Luwu Timur membangun tiga rumah ibadah. Dibangun berdampingan. Pertama di Indonesia.
Tempat ibadah di Markas Kepolisian di Indonesia, hanya menyediakan Musholla atau Masjid. Geraja dan Pura, belum pernah penulis temukan.
Baru pertama kalinya, rumah ibadah di Markas Kepolisian dibangun berdampingan. Ada Masjid, Geraja, dan Pura. Tiga rumah ibadah ini hanya ada di Polres Luwu Timur, Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur.
Tiga rumah ibadah ini, diresmikan Jumat (13/10/23) oleh Kapolres Luwu Timur AKBP Silvester M Simamora bersama Bupati Luwu Timur Budiman, didampingi Wakil Bupati Luwu Timur Muh Andi Akbar Leluasa, beserta sejumlah tokoh agama dan pejabat daerah.
Silvester M Simamora bilang, pembangunan tiga rumah ibadah tidak lahir begitu saja. Ada hal yang sangat filosofi, sehingga tiga rumah ibadah dibangun berdampingan.
“Tempat ibadah ini kita beri nama Bhineka Tunggal Ika. Ide dan gagasannya saya ambil dari filosofi Sulawesi Selatan yakni Sipakatau, Sipakatuo dan Sipakalebbi” kata Silvester M Simamora saat memberikan sambutan, Jumat, 13 Oktober.
Ia ingin, seluruh masyarakat hidup rukun dan damai. Jangan terpecah belah. Damai itu indah dan membawa keberkahan. Karenanya, rumah ibadah ini diharapkan selalu ramai.
“Kalau ada masyarakat yang datang hanya sekadar berfoto silahkan. Kita buka pintu selebar lebarnya untuk seluruh masyarakat. Baik itu masyarakat Luwu Timur atau masyarakat di seluruh Indonesia,” bebernya.
Bupati Luwu Timur, Budiman sangat mengapresiasi langkah yang diambil Kapolres. Menurutnya, pembangunan rumah ibadah adalah kebaikan. Sehingga sangat patut untuk diberikan apresiasi yang setinggi-tingginya.
Untuk itu, ia berharap ini menjadi syiar dan menjadi inspirasi bagi daerah lain dan bagi masyarakat lain. “Kita bisa bayangkan, berapa orang akan datang sujud dan berdoa di rumah ibadah ini, kebaikan pasti datang,” kata Budiman.
Budiman bilang, rumah ibadah yang berdampingan ini tidak sekadar menjadi simbol keberagaman. Baginya, Luwu Timur sudah majemuk jauh sebelum terbentuknya daerah yang dijuluki Bumi Batara Guru ini.
“Seribu tahun yang lalu ini sudah menjadi daerah yang majemuk, 12 anak suku, beda agama, beda bahasa, jadi orang Luwu Timur ini tidak perlu diajarkan kebhinekaan, toleransi, keberagaman karena kita memang sudah dari awal beragam,” imbuhnya Budiman (*)