Kala Anggota DPRD Lutim Makan Sate Kambing di Tepi Jalan
TAPOJIE.COM — Jam menunjuk angka 22.30 WIB. Jalanan di Kota Bandung, Jawa Barat masih ramai. Lalu lalang.
Rombongan Study Wawasan Pemda Lutim memilih beristirahat di Hotel De Java. Lokasinya di Jalan Sukajadi, Kelurahan Pasteur, Kecamatan Sukajadi. Tepat di depan pusat perbelanjaan Mal Van Java.
Ketua Rombongan Study Wawasan Pemda Lutim, Hamris Darwis beristirahat lebih awal. Demikian dengan rombongan perempuan, sudah tidur pulas di kamar masing-masing. Yang bertahan, beberapa rombongan laki-laki.
Mereka memilih duduk di teras hotel. Sambil bermain domino. Lengkap dengan kopi susu panas di atas meja. Tak terasa, jam sudah menunjuk angka 23.50 WIB. Perut juga mulai keroncongan.
Kebetulan, Anggota DPRD Luwu Timur, Alfian Alwi yang juga ikut dalam rombongan sudah berpesan agar dipanggil untuk menikmati masakan kuliner tengah malam di Bandung. “Ayo kak, keluar cari sate,” ajak salah seorang rombongan melalui sambungan telepon, Rabu, (01/11/23).
Tak menunggu lama, eks jurnalis Berita Kota Makassar (BKM) ini tiba di teras hotel. Ia bersama rombongan berjalan kaki ke pedagang sate. Jaraknya sekitar 20 meter dari hotel. Cukup berjalan kaki saja.
Pedagang yang berjualan sate ini bernama Ahmad. Usianya 37 tahun. Lapak jualannya dibuka pukul 16.00 WIB. Kemudian tutup pukul 02.00 WIB, dini hari.
“Saya sate kambing. Teman-teman silahkan pilih, ada sate sapi dan ayam juga,” ajak Alfian.
Ahmad bukan orang asli Bandung. Ia orang asli Batak. “Baru lima tahun jualan sate di sini. Dulu ikut sama teman jualan di Batak. Sekarang mandiri, sudah ada istri dan anak,” ungkapnya sembari membolak balik sate di atas pembakaran.
“Oh iya mas. Pilihan calon presidennya siapa,” tanya Alfian sembari melempar senyum.
Ahmad tak langsung menjawab. Ia melempar senyum. Lalu menyebutkan salah satu nama Capres. “Kita sama,” ungkap Alfian tertawa sembari tos dengan Ahmad.
Untuk harga satu porsi sate milik Ahmad tergolong murah. Sate ayam lengkap dengan lontong Rp 18 ribu, sementara sate kambing dan sapi Rp 22 ribu. Ini sudah dapat 10 tusuk. Bisa pesan teh hangat tawar juga.
“Kalau lagi rame selalu habis 800 tusuk. Kalau pun sepi, yang sisa sekitar 200 tusuk,” ungkap Ahmad lagi.
Pengganti lontong juga ada. Bisa pesan nasi putih. Malam itu, Alfian memilih makan sate dengan nasi putih. Ada acar mentimunnya juga. “Sate kambingnya empuk. Tak ada bau, enak sekali,” ungkap Alfian.
Makan sate di pinggir jalan memang nikmat. Ada sensasi dan kepuasan tersendiri. Apalagi, bumbu racikan kacang sate milik Ahmad memang pas di lidah dan di tenggorokan.
Di Malili, Luwu Timur, sulit mendapatkan pedagang sate kambing dan sapi. Rata-rata sate ayam. Tetapi begitulah setiap daerah. Lutim juga punya masakan khas yang tak kalah nikmat dengan daerah lainnya.
Di Malili, tersedia Kapurung, Lawa Pakis, Pecco, dan Parede. Ada juga Coto, Kondro, dan Palekko. Rasanya dijamin nikmat. (*)