Belajar di Jawa Pos

0

oplus_0

TAPOJIE.COM — Kantor redaksi Jawa Pos lagi banyak tamu. Masing-masing memegang kupon. Ada tulisan 75 tahun.

 

Penulis ikut dengan rombongan Dinas Kominfo-SP Kabupaten Luwu Timur mengunjungi Kantor Redaksi Jawa Pos. Lokasinya di Lantai empat, Gedung Graha Pena, Surabaya, Senin (24/06/24).

 

Kadis Kominfo-SP Kabupaten Luwu Timur, Hamris Darwis yang memimpin rombongan. Ia didampingi Sekretaris Diskominfo-SP Kabupaten Luwu Timur, Herpik, Kabid IKP Diskominfo-SP Kabupaten Luwu Timur, Hayati.

 

Di Kantor Redaksi Jawa Pos, tim disambut oleh salah satu redpel Jawa Pos. Ia menunjukkan beberapa foto karya Jawa Pos yang sudah di pajang di dinding. Kemudian membawa rombongan ke dalam studio TV Jawa Pos.

 

Setelah puas menyaksikan aktivitas kerja di ruang redaksi, rombongan naik ke lantai lima. Kemudian masuk ke dalam ruangan rapat. Rombongan disambut, Pimred Jawa Pos TV, Ibnu Yunianto, bersama dua rekannya.

 

Hamris Darwis menyampaikan, jika kunjungannya ke Redaksi Jawa Pos tidak lain dan tidak bukan untuk belajar. Meski waktunya cukup singkat, setidaknya ada pelajaran berharga yang bisa diadopsi oleh pewarta di Kabupaten Luwu Timur.

 

Apalagi bebernya, Jawa Pos menjadi salah satu media terbesar di Indonesia. “Jadi bagaimana kita bisa melihat, mempelajari, dan mengadopsi gaya Jawa Pos,” kata Hamris.

 

Ibnu tersenyum, kemudian menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kunjungan Diskominfo Lutim bersama sejumlah pewarta media partner ke redaksi Jawa Pos. Baginya, kunjungan ini salah satu penghargaan yang luar biasa.

 

Apalagi, media cetak Jawa Pos tidak tersebar di luar pulau Jawa. Tetapi, paltform media daring-nya bisa dikunjungi di mana saja. Nah, bagaimana menjadikan media besar. Ia menyampaikannya secara sederhana, singkat dan padat.

 

Hal yang paling utama katanya, bagaimana berita itu bisa bermanfaat bagi masyarakat. Untuk merumuskan berita, bagaimana menentukan isu yang menarik dan penting. Namun tidak semua hal penting bisa menarik.

 

“Jadi bagaimana menjadikannya penting menjadi penting. Dan banyak berita menarik tetapi tidak penting. Namun hal ini justru banyak dicari pembaca,” kata Ibnu.

 

Di sisi lain, kode etik jurnalistik tak boleh diabaikan. Ini harus menjadi kitab yang harus menjadi pedoman bagi seluruh pewarta di Indonesia.

Sebelum mengakhiri, Ibnu bilang Jawa Pos lagi mempersiapkan agenda tahun. HUT ke 75 tahun Jawa Pos. Itulah kenapa banyak masyarakat datang dan memegang kupon. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *